Profesi jurnalis merupakan panggilan untuk membawa perubahan, mengungkap fakta, dan memberikan suara kepada yang tak terdengar. Melalui integritas, keberanian, dan semangat yang tak tergoyahkan. Tika Ayu telah mengukir namanya sebagai salah satu jurnalis perempuan Indonesia.
Tika Ayu, perempuan kelahiran Balam Sempurna, 14 Mei 1999 ini, merupakan alumni Prodi Ilmu Komunikasi FDK UIN Suska Riau yang lulus pada 2022 lalu. Dia saat ini bekerja sebagai jurnalis media nasional Tempo di Jakarta. Tika mengatakan, dirinya mulai tertarik dengan dunia jurnalis sejak duduk di bangku SMA. Ketika itu, ia sering menonton berita-berita di TV, yang membuatnya termotivasi untuk belajar memperdalam dunia jurnalistik.
“Dari SMA itu ya sering nonton TV, dari berita-berita itu timbul dalam perasaan saya, itu kayaknya jadi jurnalis tuh keren gitu ya. Serius kayaknya keren. Kita bisa jumpa dengan orang-orang dengan mudahnya. Nah itu yang membuat saya termotivasi untuk menjadi seorang jurnalis ya. Mikirnya keren aja gitu jadi reporter,” ujar Tika, belum lama ini.
Selain itu, Tika menuturkan ada dua tokoh jurnalis terkenal yang dijadikan sebagai role model ketika terjun ke dunia jurnalistik. Mereka adalah Najwa Shihab dan Ani Idrus. “Kalau lihat cara mereka bicara tuh, kayak wuih keren banget nih orang. Ini ya? Bisa ngewawancarain siapa aja gitu. Nah, dari situlah ada ketertarikan untuk ya katakan termotivasi untuk menjadi seorang jurnalis,” tutur Tika.
Menurut Tika, menjadi seorang jurnalis merupakan profesi yang baik. Dia menyebut jurnalis memiliki peran besar terhadap segala perubahan di lingkungan. Bahkan perubahan-perubahan besar yang terjadi saat ini, dikatakannya sebagai buah dari hasil reportase kerja jurnalis.
“Bukan tidak banyak perubahan-perubahan itu terjadi karena hasil reportase hasil liputan yang dihasilkan dari teman-teman jurnalis. Nah dari situ aku kepikiran kalau jurnalis itu emang pekerjaan ya mulia gitu ya, menurutku itu kerjaan yang mulia,” ujarnya.
Tika memiliki keyakinan yang kuat akan pentingnya kebebasan pers dan tanggung jawab sosial dalam dunia informasi. Untuk itu, semenjak kuliah dia menjadi bagian dari lembaga pers mahasiswa Gagasan, dan aktif meliput isu-isu yang terjadi di kampus.
Sebagai seorang jurnalis, Tika telah mengembangkan keterampilan penelitian tajam dan kemampuan analisis mendalam. Setelah lulus kuliah, dia sempat bekerja di media lokal Riau Bisa dan Riau Online sebelum akhirnya diterima media nasional Tempo.
“Awalnya, ketika semester akhir saya ikut program magang yang diadakan Tempo selama setahun. Kemudian pada tahun 2022, Tempo membuka lowongan reporter di Jakarta, dan mencoba daftar. Setelah melalui beberapa tahap, akhirnya lulus,” kata Tika.
Saat ini Tika ditempatkan di desk Naional Tempo. “Untuk penempatan tugasnya aku ini ya di Tempo di desk Nasional, biasanya isu-isunya nasional ya. Karena kebetulan sekarang ini mendekati tahun Pemilu jadi kita fokus di isu-isu politik. Nah, aku itu bagian politik juga,” terangnya.
Meski begitu, perjalanan menuju kesuksesan sebagai seorang jurnalis tidaklah mudah. Tika telah menghadapi berbagai tantangan saat menjalani profesinya. Termasuk minim pengalaman karena ketika masuk kerja masih fresh graduate, mengejar ketertinggalan hingga harus beradaptasi di lingkungan baru.
“Untuk mengatasi masalah tersebut ya lebih ke membuka diri, apa mindset-nya selalu semangat gitu ya. Jangan merasa rendah diri, menerima segala kondisi, dan memacu diri sendiri untuk terus bergerak memperbaiki banyak kesalahan,” ungkapnya. (Rep: Mhd. Rizki)